TENGGARONG - Dinilai profesional dalam kinerja maupun pelayanannya kepada masyarakat, Worldwide Quality Assurance (WQA) memberikan sertifikat International Organization for Standardization (ISO) 9001 kepada Dinas Kesehatan Kukar bersama empat Puskesmas di Kutai Kartanegara (Kukar). Diskes Kukar yang pertama meraih pengakuan bergengsi dari dunia internasional.
Teknikal Manajer dan Auditor WQA untuk Indonesia Syarif Hidayatullah menyerahkan sertifikat ISO kepada Bupati Rita Widyasari, Jumat (26/4) sore, di Aula Diskes Kukar Tenggarong. Selanjutnya, Bupati menyerahkan sertifikat kepada Kepala Diskes Kukar drg Koentijo Wibdarminto dan empat pimpinan Puskesmas lainnya. Keempat Puskesmas yang mendapatkan sertifikat ISO 9001 versi tahun 2008 itu adalah Puskesmas Sanga Sanga, Loa Kulu, Muara Jawa, dan Puskesmas Mangkurawang Tenggarong.
Di tempat yang sama juga diserahkan perpanjangan sertifikat ISO 9001 : 2008 untuk Puskesmas Loa Ipuh dan Puskesmas Rapak Mahang, ke duanya berada di Tenggarong.
Bupati Rita juga memberikan reward berupa penghargaan dan uang tunai sebesar Rp 17,5 juta bagi tiga Puskesmas berprestasi 2012. Ketiga Puskesmas berprestasi itu antara lain di wilayah hulu Kukar ada Puskesmas Rimba Ayu di Kecamatan Kota Bangun, di wilayah pesisir Kukar, Puskesmas Handil Baru di Kecamatan Muara Jawa, dan wilayah Kukar tengah yakni Puskesmas Loa Janan.
Menyikapi keberhasilan Diskes Kukar dan jajarannya meraih ISO 9001:2008, Bupati Kukar Rita Widyasari akan meningkatkan anggaran Diskes di APBD 2014 mendatang. Itu berdasarkan standar sesuai aturan kesehatan nasional di mana sebelumnya 10 persen dari anggaran APBD untuk kesehatan, tahun depan menjadi 12 persen atau sekitar Rp 700 miliar.
Dikatakan Rita, penambahan anggaran ini untuk perbaikan pelayanan kesehatan dan pembelian sarana kesehatan yang lebih baik. Sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat Kukar semakin baik lagi.
"Saya mengapresiasi atas apa yang telah dilakukan Diskes dan jajarannya serta Puskesmas di Kukar. Saya juga berharap hal ini bisa diikuti oleh SKPD lainnya," kata dia.
Menurutnya, sertifikasi ISO merupakan pengakuan bahwa pemkab bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang jelas dan terukur. Tentunya hal ini memiliki multiplier effect bahwa dengan menerapkan sistem manajemen mutu maka semua syarat dan prasyarat harus dipenuhi baik dari segi manajemen maupun sarana dan prasarana penunjang pelayanan.
Rita juga berharap pelayanan kesehatan dapat lebih ditingkatkan, "Saya menginstruksikan agar bangunan puskesmas yang baru segera difungsikan dan dilengkapi sarana dan prasarananya, serta komponen manajemennya sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, termasuk Puskesmas yang ada di daerah terpencil,” pintanya.
Usai penyerahan Sertifikat ISO, Bupati menandatangani prasasti peresmian bangunan Puskesmas Jonggon Jaya di Kecamatan Loa Kulu, Puskesmas Bunga Jadi di Kecamatan Marangkayu, dan Rawat Inap Puskesmas Mangkurawang. Dilanjutkan peninjauan sarana kinerja dan pelayanan di Kantor Diskes Kukar
Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara
Senin, 20 Mei 2013
Kamis, 18 April 2013
BENARKAH DANA BESAR DI PUSKESMAS, SEMAKIN MEMPERKECIL HASIL KINERJA PUSKESMAS?
Tak banyak yang berujar, "...puskesmas di Kab. Kutai kartanegara kurang dana, sehingga selalu sulit dalam mengemban tugas misi penyehatan masyarakat"..., Apakah fenomena ini benar? namun secara analisis penganggaran kesehatan, dana yang di anggarkan ke Puskesmas-puskesmas itu tergolong tidaklah kecil. soo.? apa yang jd masalah?
Keadaan ini selalu terjadi di setiap tahun pertanggungjawaban alokasi anggaran puskesmas ke dinas kesehatan kab. kutai kartanegara. dengan banyaknya nominal angka pagu ke setiap puskesmas, paling tidak puskesmas mampu memenuhi cakupan SPM yang menjadi tolak ukur berhasil tidaknya pelaksanaan tugas puskesmas di dalam dan luar gedung puskesmas namun tidak seperti adanya.... ;)
Seiring berjalannya waktu dana yang di gulirkan ke instansi kesehatan dasar itu, selalu mengalami kenaikan. tapi keadaan ini selalu berbanding terbalik dengan apa yang sudah di laporkan puskesmas sebagai hasil dari kinerjanya selama ini. peningkatan nilai cakupan yang tergolong tidak signifikan, tapi juga selalu jauh dari keharusan Cakupan SPM.
Namun disadari Puskesmas, bahwa hal ini selalu menjadi fenomena. dimana setiap puskesmas cenderung memiliki keadaan yang sama. hal ini menjadi PR buat semua instansi terkait, agar keadaan ini harus berbanding sama antara kenaikan pagu anggaran, dan kenaikan nilai SPM.
Puskesmas sebagai ujung tombak yang melaksanakan peran kesehatan langsung ke masyarakat, memang haruslah mendapat perhatian yang khusus & serius. seluruh kegiatan kesehatan di kolaborasikan dengan berbagai program yang memang harus butuh mentor yang baik, yang bisa mengarahkan dan menggerakkan kegiatan ke arah pencapaian SPM tersebut. untuk itulah terkadang memang dirasa kurang dana yang di alokasikan. memang secara nominal dana tersebut besar., tapi dalam pelaksanaan kegiatannyanya dana tersebut dinilai kurang alhasil, terjadilah fenomena yang dimaksud. hal ini harus di perbaiki sedikit demi sedikit sebab keberhasilan kementrian kesehatan dalam pelaksanaan misi penyehatan masyarakat inipun, akan berdampak dari hasil kinerja Puskesmas. tak ada yang tidak mungkin untuk sebuah keberhasilan yang di harapkan. tapi dengan modal komitmen dan kebersamaan dan menjunjung asas keseragaman, sangat mungkin hal ini kita wujudkan.
Kesehatan mutlak dan harus sama rata di terima individu dan masyarakat. inilah qta sebagai insan kesehatan, dengan tanggung jawab moral harus bisa menjawab segala tantangan yang akan dihadapi. di harapkan "Kedepannya dana besar ke Puskesmas juga akan semakin memperbesar hasil kinerja puskesmas". (GW)
Rabu, 17 April 2013
PERTEMUAN EVALUASI PROGRAM KESEHATAN KELUARGA
KEGIATAN :
PERTEMUAN EVALUASI PROGRAM KESEHATAN KELUARGA BAGI KEPALA PUSKESMAS DAN
BIDAN KOORDINATOR PUSKESMAS SEKABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DI HOTEL GRAND ELTY SINGGASANA TENGGARONG
TANGGAL 17 – 18 APRIL 2013
Millenium Development Goals (MDGs) merupakan bentuk kesepakatan global
yang mengundang dan mengandung tanggung jawab seluruh tenaga kesehatan untuk
ikut serta mensukseskan 8 sasaran pembangunan millennium. Hal tersebut tidaklah
mudah, mengingat kondisi Indonesia yang sangat memprihatinkan, baik dari segi
ekonomi maupun dari segi pendidikan, terlebih lagi angka kematian ibu akibat
hamil dan melahirkan di Indonesia menduduki kasus tertinggi di ASEAN, yaitu
mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Data ini berdasarkan hasil survey
demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
Pembangunan
Kesehatan pada hakikatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang terkait fisik, mental, social budaya
maupun ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan
berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah serta
berkesinambungan.
Dalam globalisasi
ekonomi, persaingan global yang semakin ketat menuntut kita semua untuk mempersiapkan
sumber daya manusia Indonesia yang berkwalitas tinggi. Oleh karena itu,
generasi penerus bangsa harus dipersiapkan sebaik mungkin secara terencana,
terpadu dan berkesinambungan. Upaya tersebut haruslah dilaksanakan secara
konsisten sejak dini, yakni sejak dalam kandungan, masa bayi dan balita serta
masa remaja hingga dewasa sampai usia lanjut.
Bidan merupakan
salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis dalam
sasaran pembangunan millennium atau MDGs, terutama pada nomor 4 dan nomor 5
yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Bidan
memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan,
promosi dengan berlandaskan kemitraan,
serta pemberdayaan masyarakat. Bidan bersama tenaga kesehatan lain senantiasa
siap melayani siapa saja yang membutuhkan, kapan dan dimanapun berada.
Seiring dengan
keikutsertaan dalam mendukung semua program pemerintah dan untuk mengatasi
sejumlah permasalahan kesehatan yang ada, maka telah dilaksanakan berbagai
kegiatan yang berfokus pada peningkatan kesehatan ibu dan anak disemua
fasilitas kesehatan ditingkat dasar. Kegiatan program tersebut diawali dari
mempersiapkan remaja yang sehat, memberikan pelayanan pada ibu hamil, ibu bersalin
dan nifas, memberikan pelayanan kontrasepsi KB, menangani bayi baru lahir,
memberikan stimulasi deteksi, intervensi dan pemantauan tumbuh kembang balita,
serta memberikan pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia
Dengan telah
dilaksanakannya semua program diatas maka dipandang perlu untuk melakukan evaluasi
terhadap pencapaian cakupan program agar mampu dilakukan analisa permasalahan
yang masih ada dan untuk mencari solusi dan perencanaan kegiatan program
kegiatan selanjutnya agar keberhasilan dan target yang diharapkan bisa dicapai
dengan hasil yang optimal. Dalam rangka pencapaian penurunan AKI dan AKB maka
dipandang perlu untuk melakukan upaya-upaya tersebut dalam semua bentuk
pelayanan secara efektif, efisien dan berkesinambungan yang terintegrasi
disemua lini.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara,
drg.H. Koentijo Wibdarminto, MA dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan
ini mengatakan bahwa saat ini sebenarnya jumlah Tenaga Bidan di Kabupaten Kutai
Kartanegara sudah mencukupi namun pada
kenyataannya banyak dari Tenaga Bidan tersebut yang menumpuk diluar KIA
sehingga mereka tidak tahu berapa jumlah Ibu Hamil diwilayahnya sedangkan
seharusnya Program KIA harus tahu sasaran dan tahu target
Menurut Pak Kun (Paggilan akrab beliau) bahwa hal
yang harus dikedepankan adalah kepentingan program dan bukannya kepentingan
profesi, kalau hanya kepentingan profesi maka itu sangat mudah menurut beliau,
Ibu hamil datang dan ditolong oleh Bidan selesai, namun kepentingan program
yaitu dalam rangka memenuhi target SPM khususnya menekan angka kematian ibu dan
bayi jauh lebih penting, perlu dicatat bahwa di kabupaten Kutai Kartanegara
sejak bulan januari hingga April 2013 sudah terjadi 14 kematian ibu oleh karena
itu setiap Pimpinan UPT Puskesmas se Kutai Kartanegara diharapkan mampu mengendaikan
para Bidan Koordinator
Menurut beliau
ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh Bidan khususnya para Bidan Desa
yaitu :
1.
Komunikasi terhadap Ibu untuk merencanakan
langkah-langkah menyambut persalinan dan masa Nifas, berikan ANC dan info ANC
yang bagus dan libatkan suami
2.
Partnership dan relationship antar Dukun dan
Tenaga Kesehatan
3.
Sifat Promotif seorang Bidan harus dikedepankan
Dalam kesempatan ini beliau juga berpesan kepada seluruh Pimpinan
Puskesmas Se Kutai Kartanegara agar dalam penyusunan RKT Puskesmas dapat
membuat perencanaan KIA khususnya anggaran pertemuan dan pelatihan Bidan
Koordinator dan Bidan Desa demikian juga dengan program posyandu harus
ditingkatkan kembali khususnya pemeriksaan Ibu Hamil setiap bulan di Posyandu,
ruangan-ruangan di Puskesmas juga sebaiknya mulai diperhatikan dan di tata sedemikian
rupa sehingga ibu mau melahirkan di Puskesmas, semua ibu hamil harus dikejar
dan semua ibu Nifas harus didatangi
Angka kematian
Bayi di Kutai Kartanegara tahun 2012 tertinggi se Kalimantan Timur yaitu 178
bayi tahun 2011 dan 135 bayi pada tahun 2012, penyebab kematian bayi adalah:
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
2.
Aspexia
3.
Lahir Prematur
4.
Infeksi Neonatorum
5.
Kelainan bawaan
Program Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara kedepan akan ada 5
puskesmas yang menjadi pilot project dimana akan secara bertahap para bidan
akan diberi kesempatan untuk berangkat ke Australia untuk mengikuti pelatihan,
dan pada tahap awal ini akan dikirim 10 orang bidan karena menurut Beliau bahwa
program kesehatan sebaik apapun kalau kematian ibu dan bayi masih tinggi maka
tetap mendapatkan penilaian yang buruk, selanjutnya beliau juga menekankan
bahwa pelatihan yang telah didapatkan oleh seorang Bidan seharusnya diajarkan kembali
kepada Bidan bidan yang lain yang berada diwilayah kerjanya
Sebelum menutup
sambutannya beliau menyampaikan bahwa pada tahun 2014 nanti akan ditingkatkan
anggaran pengadaan sarana dan prasarana khusus Bidan Desa, senada dengan
penyampaian Kepala Seksi SIK dan KLN Dinas Kesehatan Ibu Ismi Mufidah, SKM
menyampaikan bahwa Home visite harus dilaksanakan minimal 2 kali yaitu 1 x
sebelum melahirkan dan 1 kali setelah melahirkan tujuannya agar semua Ibu hamil
bisa di data dan mengetahui lebih dini kondisi ibu dan bayi pasca persalinan
Pada kesempatan ini ketua IBI (Ikatan Bidan
Indonesia) cabang Kutai Kartanegara H. Lindawati, Amd.Keb, S.Sos, M.Kes yang
juga pelaksana Program Kesehatan Keluarga (Kesga) Dinas Kesehatan Kab. Kutai
Kartanegara mengatakan bahwa pelatihan bagi bidan akan lebih ditingkatkan
khususnya pelatihan skill dan tupoksi dimana jumlah bidan saat ini di Kab.
Kutai Kartanegara sebanyak 434 orang masih banyak yang belum mengetahui
Tupoksinya, Bulan April 2013 ini akan dikirim beberapa orang Bidan Puskesmas
Pembantu untuk mengikuti pelatihan persalinan metode Kanguru di kota
Balikpapan.
Hadir sebagai pembicara pada kegiatan ini adalah :
1.
Bpk. dr. Sahat Mangasi, MPH dengan materi SPM
Bidang Kesehatan
2.
Bpk. Ahmad Budiannur dengan materi Desa Sehat Mandiri
3.
Bpk. Mawardi, SKM, M.Adm.Kes dengan materi
Integrasi P2-KIA
4.
Integrasi GIZI-KIA oleh Serianti, SKM
5.
Sosialisasi Kohort Bayi dan Balita oleh Hj.
Mediantati
6.
Penguatan Program Remaja oleh Ika Harni
Letyoningsih
7.
Evaluasi Program Kesga oleh H.Lindawati,
Amd.Keb,S.Sos,M.Kes dan
8.
Sosisalisasi Kesehatan Olahraga oleh Tim PKPM/
Yankes
Tenggarong, 17 April 2012
Tim SIK dan KLN Dinkes Kutai Kartanegara :
Penulis By :
Abdullah, SST,M.Adm.Kes
Dokumentasi By :
Guruh Wicaksono, SKM
Selasa, 16 April 2013
Peran Bidan untuk Menekan Angka Kematian Ibu
Peran Bidan untuk Menekan Angka Kematian Ibu
Sumber : Penulis : Unoviana Kartika |
Jumat, 12 April 2013 | 16:42 WIB
Kompas.com -
Tenaga kesehatan yang langsung turun ke tengah masyarakat seperti bidan
sebenarnya bisa menjadi ujung tombak untuk membantu menurunkan angka
kematian ibu (AKI). Angka kematian ibu melahirkan pada 2007 mencapai 228
per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah itu harus diturunkan menjadi 102
per 100.000 kelahiran hidup pada 2015 sesuai target MDGs.
Sekretaris
Asosiasi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIND) Yetty Irawan
mengatakan, di desa-desa, bidan masih menjadi andalan untuk memberikan
pelayanan medis sekaligus penyuluhan pencegahan penyakit. Peran bidan
antara lain membantu merencanakan kehamilan sehat, mendampingi calon ibu
selama masa kehamilan, proses kelahiran, dan pasca-kelahiran.
"Jika
ibu mendapat pelayanan kesehatan yang baik, khususnya dari bidan, maka
angka kematian ibu bisa ditekan," ujarnya dalam konferensi pers Kongres I
AIPKIND: Peningkatan Kompetensi Bidan untuk Mengatasi Disparitas Status
Kesehatan Masyarakat Jumat (12/4/2013) di Jakarta. Upaya peningkatan
kompetensi bidan melalui pelatihan didukung oleh DKT Indonesia, sebuah
lembaga nonprofit yang bergerak di bidang pencegahan HIV/AIDS dan
program keluarga berencana.
Meski peran bidan makin strategis
tetapi penyebarannya belum cukup merata. Hal itu antara lain karena
masih banyak desa yang sangat sulit dijangkau karena prasarana yang
buruk.
"Sebaiknya ada kesepakatan antara pemerintah pusat dan
daerah terkait prasarana. Agar akses masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan juga lebih mudah," tandas Yetty.
Yetty
menambahkan, idealnya dalam satu desa yang berpenduduk sekitar 5000
orang terdapat satu bidan. Rasio 1:5000 dinilai Yetty cukup optimal bagi
bidan untuk menjalankan perannya.
Dalam kesempatan yang sama,
Direktur DKT Indonesia Todd Callahan mengatakan, AKI bukanlah sekedar
angka, tapi maknanya sangat dalam. "Peran ibu sangat besar di sebuah
keluarga. Jika ibu tidak ada, besar kemungkinan kesejahteraan keluarga
akan berkurang," tandas Todd
KESEHATAN IBU HAMIL
Untuk mempercepat program MDGs diperlukan upaya untuk percepatan penurunan kematian IBU Dan bayi melalui peningkatan pengetahuan Dan perubahan prilaku IBU Dan keluarga
Dengan peningkatan pengetahuan Dan perubahan prilaku INI diharapkan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan selama kehamilan menjadi meningkat, program yang dilaksanakan oleh kementerian kesehatan salah satunya adalah senam IBU hamil
Senin, 15 April 2013
Definisi Sistem Informasi Kesehatan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi
antara perangkat, prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk
mengelola siklus informasi secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan
manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam kerangka
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Dalam literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua tingkt pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi terhadap pelaksanaan program-program kesehatan.
Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia, yaitu:
Dalam literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua tingkt pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi terhadap pelaksanaan program-program kesehatan.
Peranan SIK dalam Sistem Kesehatan
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6 “building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
- Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
- Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan)
- Health worksforce (tenaga medis)
- Health system financing (system pembiayaan kesehatan)
- Health information system (sistem informasi kesehatan)
- Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)
Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia, yaitu:
- Upaya kesehatan
- Penelitian dan pengembangan kesehatan
- Pembiayaan kesehatan
- Sumber daya manusia (SDM) kesehatan
- Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
- Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
- Pemberdayaan masyarakat.
Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun komitmen
setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap Sistem
Informasi kesehatan berjalan dengan baik dan yang lebih terpenting
menggunakan teknologi komputer dalam mengimplementasikan Sistem
Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System).
Melalui hasil pengembangan sistem informasi ini maka diharapkan dapa menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan merupakan sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua jenjang, bahkan di puskesmas atau rumah sakit kecil sekalipun. Bukan hanya data, namun juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik.
Sumber : http://sikkotasemarang.wordpress.com/2011/11/24/definisi-sistem-informasi-kesehatan/
Melalui hasil pengembangan sistem informasi ini maka diharapkan dapa menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
- Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
- Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat interoperable dengan jaringan lain.
- Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem di masa depan.
- Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah.
- Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.
- Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari, menganalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders.
- Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya.
- Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan pengembangan karir.
- Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan kedokteran.
- Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif.
- Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan merupakan sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua jenjang, bahkan di puskesmas atau rumah sakit kecil sekalipun. Bukan hanya data, namun juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik.
Sumber : http://sikkotasemarang.wordpress.com/2011/11/24/definisi-sistem-informasi-kesehatan/
Langganan:
Postingan (Atom)